Thursday, January 31, 2008

Resolusi 2008

Perlukah saya membuat resolusi? mungkin perlu juga, karena manusia pada dasarnya diciptakan dengan suatu kehendak dan keinginan. Tetapi biarlah kehendak itu didasari atas Insya Allah, jika Tuhan berkenan.

Resolusi hanyalah sebuah asa, karena tidak tahu apa yang terjadi hari esok. Hari ini terlihat, bisa jadi hari esok lenyap. Manusia boleh berkehendak, Tuhan jualah pada akhirnya yang menentukan.

Resolusi perlu, sehingga kita bisa mengukur diri, apa saja yang sudah diperbuat di tahun ini. Berhasilkah? atau gagal, atau menjadi manusia yang biasa-biasa saja?. Berikut resolusi saya di tahun 2008 :
1. Membuat website corporate.
2. Lebih aktif memposting blog.
3. Selesaikan membaca Bible.
4. Ibadah menjadi 3 kali seminggu, Selasa, Kamis dan Minggu.
5. Membangun rumah.
6. Rutin mengembalikan perpuluhan.
7. Business start up (internet / printing).

Tahun depan saya evaluasi lagi.

Tuesday, January 29, 2008

Masih mau berlangganan?

Sebetulnya sudah lama ingin mengeluhkan mengenai harian yang setiap pagi saya baca ini. Iklan dan berita koq lebih banyak iklannya. Contohnya pagi ini tanggal 26 Januari 2008, lembaran klasika sampai mencapai 30 halaman, sedangkan lembaran beritanya sendiri 32 halaman. Itupun di dalamnya sudah berjubel oleh iklan-iklan.

Menurut saya ini sudah tidak lagi proporsional perbandingan antara berita dengan iklan.
Sudah menjadi kebiasaan jika membaca koran maka lembar klasika sudah saya singkirkan lebih dahulu, yang selanjutnya berakhir di tempat sampah.
Saya berlangganan tentu untuk membaca berita dan informasi, bukan untuk melihat iklan-iklan.
Iklan tentu diperlukan untuk menjalankan perputaran roda organisasi perusahaan penerbit agar tetap exist, tetapi apakah harus sebanyak itu?

Terus terang saya lebih menyukai format Kompas seperti sebelumnya.

Sebetulnya sejak beberapa bulan lalu saya sudah berniat untuk berhenti berlangganan.
Dan saat ini waktunya untuk memutusakan apakah lanjut atau berhenti?

Sunday, January 27, 2008

Selamat jalan Pak Harto

Sepanjang hari, sejak Anda masuk rumah sakit, media elektronik super sibuk berlomba-lomba untuk memberitakan Anda. Seolah-olah ingin mengadu atas apa yang terjadi di Indonesia dewasa ini. Kondisi negeri ini ternyata tidak jauh lebih baik, dibandingkan ketika Anda memimpin.

Masih dalam ingatan, ketika awal memimpin negeri ini, Anda telah membawa negeri ini berswasembada beras, sehingga dunia pun memuji Anda.
Meskipun tidak luput juga kekurangan yang menyertai Anda. Kesuksesan Anda ternyata tidak diimbangi dengan demokrasi, kebebasan pers dan politik. Dan diperparah oleh keberadaan orang-orang di sekitar Anda.

Dasar-dasar perekonomian, pengendalian kebutuhan pokok, pengendalian jumlah penduduk, dan pengendalian stabilitas harga pangan ternyata langkah positif di awal kepimpinan Anda.

Bandingkan dengan sekarang : kedaulatan pangan, kedaulatan keuangan, kedaulatan telekomunikasi, bahkan kedaulatan kebudayaan pun hilang.

Langkah awal Anda, memang baik, namun sayang tidak diakhiri dengan baik.
Namun menurut saya itupun masih jauh lebih baik, bandingkan dengan sekarang, dari awal hingga saat ini, masih tidak jelas arahnya mau kemana?

Ternyata bukan saja bidang perekonomian, dalam bidang pendidikan pun Anda pikirkan, salah satunya adalah dengan didirikannya Yayasan Supersemar meskipun pada akhirnya bermasalah.
Tetapi bandingkan sekarang, pendidikan pun sudah tidak terjangkau. Dibisniskan.

Hari ini tanggal 27 Januari 2008 pkl 13.10 wib, engkau wafat.
Selamat jalan Pak Harto, terima kasih, berkat engkau telah mengantarkan saya menjadi seorang sarjana sejak tahun 1988 - 1991 berkat Yayasan yang anda dirikan, Supersemar.

Thursday, January 10, 2008

Dan koran pun menumpuk

Selama semingguan liburan ke luar kota, sehingga baru hari ini tumpukan koran tersebut dibaca.
Wah, ternyata banyak berita yang mengejutkan saya di antaranya : bencana banjir di Kudus, Demak, Tuban dan sepanjang pesisir pantai utara. Dan juga tanggul lumpur Lapindo yang jebol, sehingga daerah Porong dan sekitarnya tidak bisa dilalui.

Padahal daerah-daerah tersebut, adalah daerah yang saya lalui ketika berangkat ke Bali.
Rupanya daerah-daerah tersebut ditutup karena banjir, justru sesudah kami lewati, termasuk jalur yang melalui tanggul lumpur Lapindo. Rupanya Tuhan masih melindungi perjalanan saya dan keluarga.